Jenis-jenis Religiusitas
Abdol Karim Soroush
Kata-kata identik
seringkali menipu
Orang mukmin dan orang
kafir tampak identik dalam bentuk
Mengambil kata-kata tunggal
dan jamak pertengkaran mengikuti
Satu makna yang tepat,
ketenangan mengikutinya
Salah keputusan kerap kali
muncul dari fakta bahwa suatu istilah tunggal bias membawa pengertian ganda
atau suatu pengertian tunggal bias bertmu dalam nama-nama yang berbeda.
Mencapai keputusan seragam mengenai makna-makna ganda tersebut ataupun membuat
keputusan ganda mengenai pengertian tunggal tersebut tidak lain daripada
kesalahan atau kesesatan. Dan memisahkan kata-kata yang terkunci merupakan
tugas semua pencari pengetahuan. Religiusitas termasuk salah satu dari istilah
tersebut.
Ketika kita bertanya kepada diri
sendiri: ‘Manakah yang lebih religious antara masyarakat Iran di bawah Dinasti
Qajar dengan masyarakat Iran sekarang? Apakah masyarakat Barat modern lebih
religious daripada masyarakat di Abad Pertengahan? Satu keeping pemikiran dan
refleksi membawa kita kepada realisasi tersebut yang – kecuali jika kita
mengklarifikasi dan memisahkan strata agama yang berbeda – kita tidak pernah
menemukan jawaban terhadap pertanyaan kita tersebut. Adalah mungkin saja bahwa
masyarakat sekarang lebih religious dalam satu pengertian dan juga kurang
religious dalam pengertian lain. Dengandemikian, membedakan jenis-jenis dan
strata relitiusitas yang berbeda merupakan suatu prasyarat teori religious dan
pengetahuan serta prakondisi reformasi.
Apabila kita mengambil jumlah
peringatan duka cita, puasa, air mata, doa, lilin-lilin, para peziarah,
membungkuk di hadapan ulama, maka periode Qajar akan muncul sebagai yang
terdepan. Jika kita mengambil studi-studi krisis, opiniopini, dan perdebatan
tentang agama, kita sangat mungkin menemukan masyarakat sekarang lebih
religious dan lebih religion-minded. Ketika kita menyelidiki materi tersebut
lebih jauh dan melihat bahwa setiap jenis religiusitas menawarkan interpretasi
yang berbeda ihwal Tuhan, Nabi, dosa, ketaatan, kebahagiaan, dan kesedihan,
maka kita akan lebih melihat secara jelas daya tarik dan sensitifitas persoalan
tersebut.
Membedakan jenis-jenis
religiusitas yang berbeda tentu saja bukan suatu gagasan baru atau inovatif.
Ketika Quran suci membahas tentang yamin (golongan kanan) dan al-sabiqun
(golongan paling dulu), ia tengan menawarkan suatu cara untuk membedakan
jenis-jenis religiusitas yang berbagam. Dan sarjana-sarjana agama, yang
membahas legalistic, metodistik, dan agama idealistic ataupun agama inisiasi,
median dan kulminasi, sedang menyentuh pada kebenaran yang sama ini.
Artkel ini juga akan
menapilkan, secara ringkas, suatu kategorisasi jenis religiusitas yang berbeda
yang memiliki perbedaan-perbedaan dan persamaan dengan pembagian-pembagian yang
disebutkan. Kami akan menyebutkan tiga jenis religiusitas: (i) religiusitas
pragmatis (atau utilitarian);(ii) religiusitas gnostik; dan (iii) religiusitas
eksperimental.
Religiusitas pragmatis
Pada jenis religiusitas ini,
suatu pandangan atau tujuan tindakan akhir, kegunaan dan hasilnya (bersifat
duniawi sekarang ataupun yang akan dating) merupakan kepentingan puncak bagi
orang-orang beriman. Ia merupakan suatu agama untuk kehidupan (tidak sinonim
dengan “kehidupan” atau lebih tinggi dari kehidupan).
Dalam bentuk akhiratnya yang
hakiki, ia mengenakan busana asketisisme dan sufisme (Khwajah Abdullah Anshary)
dan dalam bentuk lahirnya, busana politik dan kenegaraan (Sayyid Jamal al-Din
al-Afghani, dan lain-lain). Blok pusatnya adalah emosi dan rasionalitas
praktis. Di kalangan massa umum aspek emosional memperoleh kemajuan. Dan di
kalangan terpelajar rasionalitas praktik yang dipaparkan, yakni untuk
mengatakan kemampuan untuk menyandingkan sarana-sarana kepada tujuan-tujuan.
Religiusitas pragmatis
bersifat keduniaan, kausal, turun-temurun, deterministic (tidak muncul dari
pilihan atau kehendak bebas), emosional, dogmatis, ritualistic, ideologis,
terikat-identitas, eksternal, kolektif, legalistic-yuristik, mistis, imtatif,
patuh, tradisional dan habitual. Di sini, kekerapan perbuatan merupakan ukuran
intensitas atau sebaliknya dari keyakinan: melakukan ibadah haji berkali-kali,
berziarah ke makam-makam, shalat sebanyak-banyaknya dan seterusnya. Melalui
perbuatan-perbuatan ini, seseorang merasa lebih berhasil dalam agama dan dekat
dengan Tuhan. Ritual-ritual massa menumbuhkan sikap religiusitas ini lebih
daripada yang lainnya. …