PENDAHULUAN
Fasisme adalah sebuah gerakan politik penindasan
yang pertama kali berkembang di Italia setelah tahun 1919 dan kemudian di
berbagai negara di Eropa, sebagai reaksi atas perubahan sosial politik akibat
Perang Dunia I. Nama fasisme berasal dari kata Latin ‘fasces’, artinya kumpulan
tangkai yang diikatkan kepada sebuah kapak, yang melambangkan pemerintahan di
Romawi kuno.
Istilah “fasisme” pertama kali digunakan di Italia
oleh pemerintahan yang berkuasa tahun 1922-1924 pimpinan Benito Mussolini. Dan
gambar tangkai-tangkai yang diikatkan pada kapak menjadi lambang partai fasis
pertama. Setelah Italia, pemerintahan fasis kemudian berkuasa di Jerman dari
1933 hingga 1945, dan di Spanyol dari 1939 hingga 1975. Setelah Perang Dunia
II, rezim-rezim diktatoris yang muncul di Amerika Selatan dan negara-negara
belum berkembang lain umumnya digambarkan sebagai fasis.
Untuk memahami falsafah fasisme, kita dapat cermati
deskripsi yang ditulis Mussolini untuk Ensiklopedi Italia pada tahun 1932:
Fasisme, semakin ia mempertimbangkan dan mengamati
masa depan dan perkembangan kemanusiaan secara terpisah dari berbagai
pertimbangan politis saat ini, semakin ia tidak mempercayai kemungkinan ataupun
manfaat dari perdamaian yang abadi. Dengan begitu ia tak mengakui doktrin
Pasifisme – yang lahir dari penolakan atas perjuangan dan suatu tindakan
pengecut di hadapan pengorbanan. Peranglah satu-satunya yang akan membawa
seluruh energi manusia ke tingkatnya yang tertinggi dan membubuhkan cap
kebangsawanan kepada orang-orang yang berani menghadapinya. Semua percobaan
lain adalah cadangan, yang tidak akan pernah benar-benar menempatkan manusia ke
dalam posisi di mana mereka harus membuat keputusan besar–pilihan antara hidup
atau mati (Kaum Fasis) memahami hidup sebagai tugas dan perjuangan dan
penaklukan, tetapi di atas semua untuk orang lain–mereka yang bersama dan
mereka yang jauh, yang sejaman, dan mereka yang akan datang setelahnya.1
Jelaslah sebagaimana ditekankan Mussolini, gagasan
utama di balik fasisme adalah ide Darwinis mengenai konflik dan perang. Sebab,
sebagaimana kita bahas dalam prakata, Darwinisme menegaskan bahwa “yang kuat
bertahan hidup, yang lemah punah”, yang karenanya berpandangan bahwa manusia
harus berada dalam perjuangan terus-menerus untuk dapat bertahan hidup. Karena
dikembangkan dari gagasan ini, Fasisme membangkitkan kepercayaan bahwa suatu
bangsa hanya dapat maju melalui perang, dan memandang perdamaian sebagai bagian
yang memperlambat kemajuan.
Yang disampaikan di atas hanyalah uraian singkat
mengenai struktur sosial dan politik fasisme. Namun, masalah sesungguhnya
adalah dalam mengenali di mana gagasan fasisme lahir, bagaimana ia kemudian
menyebar, berkuasa, dan mengendalikan semua bangsa. Ini sangat penting untuk
dipahami, sebab meskipun orang berpikir bahwa fasisme telah dimusnahkan saat
Perang Dunia II berakhir, fasisme masih mendongakkan wajahnya dalam beragam
bentuk. Fasisme tidaklah semata sistem politik, melainkan juga mentalitas.
Bahkan bila mentalitas ini tak lagi mengarah kepada pembentukan rezim politik,
misalnya Nazi Jerman atau Mussolini di Italia, ia bagaimanapun terus
menyebabkan penderitaan pada umat manusia di seluruh dunia.
Biografi Benito Mussolini
Benito Amilcare Andrea Mussolini (29 Juli 1883 – 28 April 1945) adalah
seorang diktator Italia yang menganut Fasis. Ia adalah diktator Italia pada
periode 1922-1943. Ia dipaksa mundur dari jabatan Perdana Menteri Italia pada
28 Juli 1943 setelah serangkaian kekalahan Italia di Afrika. Setelah ditangkap,
ia diisolasi. Dua tahun kemudian, ia dieksekusi di Como, Italia utara.
Mussolini mengakhiri sebuah dekade seperti di Jerman yang dilakukan diktator
Adolf Hitler dengan Nazi-nya.
Mussolini lahir di Predappio, Forlì (Emilia-Romagna). Ayahnya Alessandro
seorang pandai besi dan ibunya Rosa seorang guru sekolah. Seperti ayahnya, ia
menjadi seorang sosialis berat. Tahun 1902 ia
beremigrasi ke Swiss. Karena sulit mencari pekerjaan tetap, akhirnya ia pindah
ke Italia. Pada 1908 ia bergabung dengan surat kabar Austria di kota Trento. Keluar dari
situ, ia jadi editor sebuah koran sosialis la Lotta di Class (Pertentangan
Kelas). Di sini antusiasmenya pada Karl Heinrich Marx makin besar. Tahun 1910,
ia menjabat sekretaris partai sosialis tingkat daerah di Forlì dan
kepribadiannya berkembang menjadi antipatriot. Ketika Italia menyatakan perang
dengan Kerajaan Ottoman tahun 1911, ia dipenjara karena propaganda
perdamaiannya. Ini bertentangan dengan kinerjanya kemudian. Setelah ditunjuk jadi editor koran sosialis Avanti, ia pindah ke Milan,
tempatnya membangun dirinya sebagai kekuatan berpangaruh atas para pemimpin
buruh sosialis Italia. Ia percaya, para proletar bisa dibuhul dalam gerakan
fascio. Agaknya inilah cikal bakal gerakan fasis, yang lahir di saat
perekonomian Italia memburuk akibat perang, dan pengangguran merebak di
mana-mana.
Pada Maret 1919, fasisme menjadi suatu gerakan politik ketika ia membentuk
Kelompok untuk Bertempur yang dikenal sebagai baju hitam, yakni kumpulan
penjahat, kriminal, dan preman yang bertindak sebagai tukang pukul para cukong.
Penampilan mereka seram dan tiap hari terlibat perkelahian di jalan-jalan. Setelah gagal pada Pemilu 1919, ia mengembangkan paham kelompoknya,
sehingga mulai mendapat pengaruh. Mereka, kaum fasis, menolak parlemen dan
mengedepankan kekerasan fisik. Anarki pecah di mana-mana. Pemerintah liberal
tak berdaya menghadapinya. Ia membawa “geng”nya, sejumlah besar kaum fasis yang
bertampang sangar, untuk melakukan Berbaris ke Roma. Melihat rombongan preman berwajah angker memasuki Roma, Raja Victor
Emmanuel III menciut jeri. Mussolini diundang ke istana lalu diberi posisi sang
Pemimpin. Pada Oktober 1922, Raja memintanya membentuk pemerintahan baru.
Jadilah Italia dikelola pemerintahan fasis.
Gebrakan pertamanya setelah memegang kekuasaan, adalah menyerang Ethiopia
dengan merujuk pada pandangan rasis Charles Robert Darwin, “Ethiopia bangsa
kelas rendah, karena termasuk kulit hitam. Jika diperintah oleh ras unggul
seperti Italia, itu sudah merupakan akibat alamiah dari evolusi.” Bahkan ia
bersikeras bahwa bangsa-bangsa berevolusi melalui peperangan. Sehingga jadilah
Italia waktu itu bangsa yang ditakuti sepak terjangnya. Yang meresahkan, ketika ia menduduki Abbesinia tahun 1937, kontan dunia
tersentak. Teman akrabnya di Eropa adalah Adolf Hitler, dan mereka membuat aliansi,
yang menyeret Italia ke dalam Perang Dunia II di pihak Jerman pada 1940. Namun,
pasukannya kalah di Yunani dan Afrika, dan Italia sendiri diserbu oleh pasukan
Britania Raya dan Amerika Serikat pada 1943.
Biografi Adolf Hitler
Pendiri dan
pemimpin Partai Nazi, Reich Chancellor dan membimbing semangat Reich Ketiga
1933-1945, Kepala Negara dan Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata, Adolf
Hitler dilahirkan di Braunau am Inn, Austria, pada tanggal 20 April 1889. Putra
seorang lima puluh dua tahun Austria pejabat pabean, Schickelgruber Alois
Hitler, dan istri ketiganya, seorang gadis petani muda, Klara Poelzl, baik dari
dusun yang lebih rendah Austria, Hitler muda yang marah, anak tidak puas.
Moody, malas, temperamen yang tidak stabil, ia sangat memusuhi yang ketat, ayah
otoriter dan sangat terikat dengan ramah, pekerja keras ibu, yang kematian dari
kanker pada Desember 1908 adalah pukulan memekakkan remaja Hitler. Setelah menghabiskan empat tahun di Realschule di Linz, ia meninggalkan
sekolah pada usia enam belas dengan bercita-cita menjadi seorang pelukis. Pada
bulan Oktober 1907, provinsi, bocah kelas menengah meninggalkan rumah untuk
Wina, di mana ia harus tetap memimpin sampai 1913 bohemia, keberadaan
gelandangan. Sakit hati di Wina penolakan oleh Academy of Fine Arts, ia
menghabiskan "lima tahun penderitaan dan kesedihan.
Yang ada dari
tangan ke mulut pada pekerjaan dan kadang-kadang aneh yang menjajakan sketsa di
kedai minuman rendah, Hitler muda kompensasi bagi frustrasi bujangan yang
kesepian kehidupan di hostel laki-laki merana harangues politik di kafe-kafe
murah kepada siapa pun yang mau mendengarkan dan terlibat dalam mimpi muluk
Jerman yang Greater. Di Wina ia mendapatkan
pendidikan pertamanya dalam politik dengan mempelajari teknik-teknik demagogic
Kristen yang populer Walikota sosial, Karl Lueger, dan meraih stereotip,
obsesif anti-Semitisme dengan brutal, kekerasan seksual dan kepedulian konotasi
dengan "kemurnian darah "yang tetap bersamanya sampai akhir
kariernya. Dari gila rasial defrocked teoretikus seperti biarawan, Lanz von
Liebenfels, dan Austria Pan-pemimpin Jerman, Georg von Schoenerer, Hitler muda
belajar untuk melihat dalam "Yahudi Abadi" simbol dan penyebab semua
kekacauan, korupsi dan penghancuran dalam budaya , politik dan ekonomi. Pers,
prostitusi, sifilis, kapitalisme, Marxisme, demokrasi dan pasifisme - semua itu
begitu banyak cara yang "Yahudi" dieksploitasi dalam konspirasi untuk
merusak bangsa Jerman dan kemurnian ras Arya kreatif.
April 29,
1945, ia menikah gundiknya Eva Braun dan mendiktekan wasiat politik terakhir
hidupnya, menyimpulkan dengan monoton yang sama, obsesif fiksasi yang telah
menuntun kariernya dari awal: "Di atas semua biaya saya para pemimpin
bangsa dan mereka yang di bawah mereka untuk cermat pelaksanaan hukum ras dan
tanpa ampun oposisi terhadap peracun universal dari semua bangsa, Yahudi
internasional. Hari berikutnya Hitler bunuh diri, menembak
dirinya sendiri melalui mulut dengan pistol. Tubuhnya dibawa ke kebun kedutaan
oleh ajudan, ditutupi dengan bensin dan dibakar bersama dengan Eva Braun. Akhir
ini, tindakan mengerikan diri dengan tepat melambangkan kehancuran karir
seorang pemimpin politik yang utama adalah warisan ke Eropa kehancuran dari
peradaban dan pengorbanan yang tidak masuk akal kehidupan manusia demi
kekuasaan dan komitmen-Nya sendiri kepada binatang omong kosong Nasional
Mitologi perlombaan sosialis. Dengan kematian-Nya tidak ada yang tersisa dari
"Greater Jermanik Reich," kekuasaan tirani struktur dan sistem ideologis yang telah menghancurkan Eropa selama dua belas tahun
masa pemerintahan totaliter.
Perkembangan
Fasisme dan Fin De Siecle
Fasisme
sering kali dihubungkan dengan Darwinisme. Hal ini memang karena keterkaitan
kuat antara fasisme dan ideologi Darwin. Darwin mengemukakan bahwa perjuangan
untuk bertahan hidup yang mematikan, terjadi di alam ini. Ia menyatakan bahwa
prinsip ini berlaku baik pada masyarakat maupun individu. Prinsip ini adalah
suatu perjuangan sampai mati, dan sangat wajar bila ras-ras yang berbeda
berusaha untuk saling melenyapkan demi kepentingan masing-masing. Keterkaitan
fasisme dengan Darwin ini bukan tidak beralasan. Bukan hanya sekedar kesamaan
ideologi saja, namun keterpengaruhan fasisme dengan ideologi Darwin itu sangat
jelas dalam sejarah. Hal ini bisa kita lacak dari bagaimana perkembangan sosial
dan pemikiran di Eropa pada akhir abad ke-18 dan pada abad ke-19. Abad ke-19
sering kali disebut dengan revolusi industri kedua. Pada masa ini terjadi
ekspansi dan inovasi besar-besaran dalam dunia industri. Teknologi komunikasi
dan transportasi sudah mulai modern. Namun pada masa ini pula, budaya-budaya
dan bangunan spiritual semakin parah, bahkan kacau dan ditumbangkan. Seperti
yang digambarkan oleh Stanley dalam bukunya A History of Fascism
1914-45, “while the cultural and spiritual foundations of the nineteenth
century worldview were severely challenged and increasingly subverted”.
Masa
perubahan sosial dan kemajuan teknologi ini yang sering kali diistilahkan
dengan fin de siecle. Ketika itu, kepentingan dan kebutuhan sosial
masyarakat sudah dihubungkan dengan konsumsi komersil dan produksi industri.
Namun perubahan tersebut tidak terjadi pada tataran sosial masyarakat saja,
melainkan juga terjadi dalam ranah pemikiran. Bahkan pemikiran di masa ini
telah mengalami invasi yang sangat radikal. Pada abad ini, liberalisme politik
dan materialisme menjadi sangat dominan. Salah satu pemikir yang terkenal dan
sangat berpengaruh di masa fin de siecle ini adalah filsuf Jerman Friedrich
Nietzsche yang terkenal sebagai ‘pembunuh Tuhan’. Friedrich Nietzsche adalah
salah satu pemikir Jerman yang sangat berpengaruh terhadap pemikiran Barat.
Bahkan pengaruh Nietzsche tidak hanya terhadap para penulis dan kalangan
intelektual saja, melainkan juga sampai kepada tataran sosial dan politik.
Hinton Thomas dalam bukunya yang berjudul Nietzsche in German Politics and
Society 1890-1918, menggambarkan ketenaran Nietzsche pada waktu itu
sebagai berikut:
“From
around 1890 Nietzsche became for the first time a figure of major general
importance. This applied not merely to writers and intellectuals. It included
also people directly and predominantly involved in social and political
activities. Pengaruh Nietzsche tersebut juga ada pada ideologi fasis. Bahkan
sebenarnya Mussolini dan Hitler bukanlah orang yang menciptakan ideologi fasis.
Fasisme juga bukan ideologi yang baru terbentuk di abad ke-20 di Italia dan
Jerman saja. Ide-ide tentang fasis ini sudah muncul sejak abad ke-19 melalui
berbagai macam tulisan para ahli politik dan para filsuf sains dari Prancis,
Austria, Jerman dan Italia, termasuk oleh pemikirannya Nietzsche.
Pemikiran-pemikiran Nietzsche ternyata tidak jauh berbeda dengan pemikiran
Darwin. Banyak bukti yang menjelaskan alur pemikiran Nietzsche yang sama dengan
Darwinisme. Salah satunya adalah ide Nietzsche yang mendukung perang sebagai
jalan untuk mempertahankan kehormatan. Dalam bukunya yang sangat terkenal, Thus
Spake Zarathustra, Nietzsche menulis: “Of all that is written, I love
only what a person hath written with his blood. Write with blood, and thou wilt
find that blood is spirit.” Artinya, “Dari semua yang tertulis, aku hanya
menyukai yang telah ditulis manusia dengan darahnya. Tulislah dengan darah, dan
kau akan merasakan bahwa darah adalah roh.
Darwinis
Daniel C,. Dennett dalam bukunya Darwin's Dangerous Idea telah banyak
menjelaskan keterpengaruhan Nietzsche terhadap Darwin. Bahkan ia mengatakan
bahwa, jika Nietzsche sering disebut sebagai bapak eksistensialisme, maka
Darwin pantas disebut sebagai kakeknya. Karena pemikirannya itu, bahkan
Nietzsche sering kali disebut sebagai salah seorang penyebab terjadinya Perang
Dunia Pertama. Banyak buku dan artikel yang menyebutkan Nietzsche sebagai biang
keladi dan penghasut perang. Hinton Thomas juga menyebutkan: “During the
First World War, Nietzsche had often been regarded, particularly in England, as
having helped to cause it.” Namun meski demikian, ternyata Nazi justru
mengidolakan Nietzsche.
Dalam
bukunya The Anti-Christ, Nietzsche menulis, “What is good?
Whatever augments the feeling of power, the will to power, power itself, in
man. What is evil? Whatever springs from weakness…Not contentment, but more
power; not peace at any price, but war; not virtue, but efficiency”.
Bisa
kita lihat, pemikiran Nietzsche ini tidak ada bedanya dengan ungkapan Hitler
ketika Nazi Jerman kalah dalam Perang Dunia II, seperti yang dikutip
sebelumnya. Ini juga merupakan bukti keterpengaruhan kuat Hitler dengan
Nietzsche.
Dottrina del Fascismo:
Sakralisasi Fasisme
Fasisme
di Italia dapat berkembang subur pasca-Perang Dunia I. Perang ini menyebabkan
terjadinya krisis ekonomi dan sosial yang mendalam bagi masyarakat Italia.
Sekitar 650.000 orang Italia tewas, dan ratusan ribu lainnya cacat. Angka
pengangguran ketika itu juga tinggi. Banyak hal yang dirugikan oleh Italia
akibat Perang Dunia I itu. Akibat Perang Dunia I itulah, akhirnya
tumbuh di masyarakat perasaan ingin membangun citra yang agung dan dihormati di
mata dunia internasional. Italia ingin bernostalgia dengan kedigdayaan
Kekaisaran Romawi dulu. Ia ingin mengulangi kedigdayaan Romawi zaman dulu di
zaman modern. Mussolini juga dikatakan ingin mengikuti jejak Kaisar Augustus,
pendiri Kekaisaran Romawi. Italia adalah Mussolini, dan Mussolini adalah
Italia.
Stanley
juga menggambarkan politik luar negeri Mussolini sebagai berikut: “Mussolini
had no specific grand desaign in foreign policy other than to increase Italy's
prestige and build a larger empire, a "modern Rome," probably outside
Europe proper.”
Melalui
National Fascist Party, Mussolini begitu cepat mengambil kekuasaan di Italia.
Partai ini menguasai Italia dari tahun 1922 dengan sistem diktator dan sistem
totaliter. Selanjutnya untuk memperkuat kekuasaannya dan menanamkan ideologi
fasis kepada masyarakat Italia, Mussolini memulainya kepada anak-anak sejak
usia yang sangat dini sekali. Sejak usia sekitar 4 tahunan, anak-anak di Italia
sudah dididik ideologi fasis. Kharismatik Mussolini, baik di mata pengikutnya
maupun di mata musuh-musuhnya, merupakan sosok yang tidak bisa didebat, karena
ia dianggap tidak pernah salah. Ia bukan hanya seorang diktator saja, melainkan
juga sosok yang dituhankan oleh pengikutnya.
Rezim
fasis ini semakin menjadi-jadi. Bahkan ia telah menjadi sesuatu yang
disakralkan. Fasis sudah dianggap seperti agama yang memberikan petunjuk
kehidupan. Pada tahun 1932, Mussolini mendeklarasikan Dottrina del
Fascismo: "Fascism ia a religious conception of life, and Fascists formed
a spiritual community. Selanjutnya pada tahun 1934, Mussolini mengumumkan
bahwa negara terlepas dari agama. Agama adalah institusi yang independen.
Bahkan Mussolini ingin merumuskan agama baru yang sesuai dengan fasis.
Mussolini mendeklarasikan: "In the Fascist concept of the totalitarian
state, religion is absolutely free and, in its own sphere, independent. The
crazy idea of founding a new religion of the state or of subordinating to the
state the religion professed by all Italians has never entered our minds.”
Apa
yang dilakukan oleh Mussolini di Italia, ternyata tidak jauh berbeda dengan
yang dilakukan oleh Hitler di Jerman. Kebencian Nazi terhadap agama sudah
merupakan hal yang umum di Jerman. Salah satunya adalah akibat keterpengaruhan
kuat Hitler terhadap pemikiran Nietzsche yang menulis buku The Anti-Christ.
Kebencian Nietzsche terhadap agama dapat kita lihat dalam bukunya The
Anti-Christ ini. Nietzsche menulis:
Christianity has taken the part of all the weak, the low, the botched;
it has made an ideal out of antagonism to all the self-preservative instincts
of sound life; it has corrupted even the faculties of those natures that are
intellectually most vigorous, by representing the highest intellectual values
as sinful, as misleading, as full of temptation. The most lamentable example:
the corruption of Pascal, who believed that his intellect had been destroyed by
original sin, whereas it was actually destroyed by Christianity.
Demikian
juga dengan Hitler, ia menyimpulkan pandangan-pandangannya tentang agama kepada
para stafnya sebagai berikut: “Kamu tahu, kita kurang beruntung karena memiliki
agama yang keliru. Mengapa kita tidak memiliki agama seperti dipunyai bangsa
Jepang, yang memandang pengorbanan bagi tanah air sebagai kebajikan tertinggi?
Namun meski ia memiliki kebencian terhadap agama Kristen, Hitler tidak lantas
memberangusnya begitu saja. Akan tetapi ia memanfaatkan institusi gereja untuk
mendukung gerakan Partai Nazi miliknya. Ia berusaha mengambil hati rakyat
Jerman melalui gereja. Norman H. Baynes menuliskan dalam bukunya: “The goal
was a German national Chruch free from Rome. "Hitler had said that he had
no desire to made the slightest attempt to touch the innermost core at the
evangelical church”. Saat ini, meski wujud nyata ideologi ini dalam bentuk
sebuah sistem politik sudah tidak ada lagi, namun bayang-bayangnya akan terus
menghantui kita. Ini disebabkan karena fasisme bukan hanya sebuah ideologi
politik, melainkan di dalamnya juga mengandung mentalitas.
Kritik Dan Bahaya Fasisme
Fasisme
sesungguhnya telah gagal menunjukkan dirinya sebagai ‘ideologi’ politik.
Sebagai pendatang baru di awal kemunculannya, fasisme tidak bisa merumuskan
konsep yang diperlukan untuk mengurus sebuah negara. Hitler dan Mussolini,
selama kepemimpinannya justru mempertontonkan kesewenangan dan kebrutalan yang
beragam. Walaupun fasisme tidak hanya ditujukan pada gerakan yang dipimpin
kedua tokoh ini, tetapi setidaknya kedua aktor inilah yang mendapat sorotan
paling banyak ketika membahas tema-tema fasisme. Dan besar kemungkinan jika
gerakan fasisme di negara lain sangat dipengaruhi oleh kedua tokoh ini.
Fasisme
sangat menekankan “gaya” dan propaganda yang berlebihan dari pada sebuah konsep
fundamental yang diperlukan untuk menjadi basis argumentasi doktrin politik
mereka. Sehingga doktrin politik mereka tidak bertahan lama dan begitu cepat
menemui ajalnya. Kepemimpinan yang kharismatis tanpa ideologi yang kuat juga
menjadi problem gerakan fasisme. Kekuatan gerakan hanya bertumpu pada satu
orang yaitu pemimpin yang memiliki kekuatan persuasi massa yang hebat. Ketika
pemimpin ini tidak ada, maka lenyaplah kekuatan gerakan. Seperti yang terjadi
pada Nazi sepeninggal Hitler, gerakan ini pada akhirnya bubar tanpa bisa
melestarikan lagi pengaruhnya.
Nasionalisme
telah menjadi paham yang mengakar kuat dalam gerakan fasisme. Ikatan yang
didasarkan pada paham kebangsaan semacam ini adalah ikatan yang sangat lemah.
Sifatnya temporal dan hanya muncul jika ada ancaman yang datang. Jika dalam
keadaan normal, ikatan ini tidaklah muncul. Nasionalisme juga merupakan ikatan
yang sifatnya emosional dan muncul secara spontan. Ikatan ini cenderung
berubah-ubah, sehingga tidak layak dijadikan ikatan yang permanen dan kuat.
Sangat berbahaya jika doktrin fasisme menjangkiti kaum Muslim. Baik dengan
mengambil sebagian doktrinnya atau keseluruhannya. Umat Islam telah memiliki
ikatan yang lebih kuat, yakni ikatan iman yang akan langgeng sepanjang masa.
Perlu entitas politik yang global –bukan nation state- untuk mewujudkan ikatan
ini. Yang menjamin hak-hak umat Islam terpenuhi secara adil.
Gerakan-gerakan
Islam yang berkembang di Timur mengupayakan re-unite wilayah-wilayah
umat Islam yang terpencar dalam bentuk nation state. Gerakan Islam
yang dianggap fundamentalis yang berbahaya bagi Barat justru memiliki ideologi
yang lebih kuat ketimbang ideologi yang berkembang di Barat. Islam sebagai
agama dan ideologi telah mampu merumuskan seluruh konsep yang diperlukan untuk
mengatur negara di saat fasisme gagal tampil sebagai ideologi alternatif.
Secara historis telah dibuktikan dengan nyata ketika Khilafah sebagai entitas
politik tampil menguasai banyak wilayah selama 1300 tahun dengan ideologi Islam
yang khas, unik, dan kuat.
Adalah suatu bentuk kebodohan
intelektual jika mengambil fasisme ataupun ideologi politik lainnya sebagai
“jalan ketiga” di saat “kiri” dan “kanan” gagal menyejahterakan umat manusia.
Bagi umat Islam, tentu mengambil Ideologi Islam sebagai doktrin politik dan
dasar negara adalah pilihan yang lebih baik dari pada berkubang dalam doktrin
politik yang sinkretis ala fasisme atau ideologi lain yang tak lebih baik dari
fasisme. Sudah saatnya mengambil Islam sebagai The Third Way di
tengah-tengah kegagalan Kapitalisme global. Dan mengupayakan perubahan yang
radikal dengan jalan revolusi Islam.
PENUTUP
Kedua
tokoh ini sama - sama memiliki ciri khasnya masin - masing dalam hal memimimpin
tetapi ada juga kesamaan dari mereka yaitu mereka berdua sangat mencintai
negara dan rakyatnya masing – masing tetapi mereka berdua tidak sungkan untuk
berlaku kejam terhadap rakyatnya yang lemah karna dalm ajaran fasisme tidak ada
mengenal yang namanya kaum – kaum yang lemah yang ada hanya kaum – kaum yang
kuat saja dan hal tersebutlah yang membuat perang dunia pertama dan kedua akan
selalu dikenang sebagai perang yang
terdasyat di muka bumi dengan merenggut nyawa manusia dari seluruh dunia yang
ikut ambil alih dalam perang tersebut yang merenggut kurang lebih 50.000.000
nyawa manusia melayang, dan berikut data PD II sebagai berikut:
- 1. Uni soviet : 23.200.000
- 2. Cina : 10.000.000
- 3. Jerman : 7.500.000
- 4. Polandia : 5.600.000
- 5. Indonesia : 4.000.000
- 6. Jepang : 2.600.000
- 7. India : 1.500.000
- 8. Yogoslavia : 1.027.000
- 9. Perancis indochhina : 1.000.000
- 10. Rumania : 841.000
- 11. DLL
DAFTAR PUSTAKA
- Ø Harun Yahya, Menyikap Tabir Fasisme
- Ø William G. Carr, Yahudi Menggenggam Dunia
- Ø Paul Crook, Darwinism “ War And History
- Ø Friedrich Nietzsche, THE ANTI CHRIST
- Ø http//www.darwintpaper.com