bnrt

Dzikir dalam Ajaran Hindu, Kristen, Sikh & Islam

Selasa, 05 Juni 2012


Ditulis Oleh: Quito Riantori Mortinggo

Ternyata ajaran Zikir tidak hanya ada di dalam agama Islam saja. Di dalam hampir semua agama, ternyata ada doktrin Mengingat (zikir) Tuhan. Misalnya agama Hindu, di dalam Kitab Bhagavad Gita tercantum ajaran suci ini sebagaimana disebutkan di dalam edisi Bahasa Inggerisnya :

“I am easily attainable by that ever steadfast Yogi who constantly remembers Me daily, not thingking another, O Partha!” (Bhagavad Gita VIII – 14) Yang mungkin dapat diterjemahkan : “Aku dengan mudah dapat dicapai melalui ketabahan Yogi yang secara langgeng mengingat-Ku setiap hari dan tiada memikirkan yang lain, wahai Partha!”

Ajaran Hindu mengistilahkan mengingat Tuhan dengan istilah Smarana.

Di dalam ajaran Hindu, ajaran mengingat Tuhan ini diajarkan untuk dipraktekkan secara terus menerus sepanjang hidup seseorang sebagai Jalan Keyakinan untuk mencapai DIA.

Seseorang yang senantiasa mengingat-Nya selama enam bulan dan meninggalkan praktek tersebut untuk sementara, kemudian kembali melanjutkan praktek mengingat-Nya selama enam bulan lagi dan begitu seterusnya tidak akan dapat mencapai DIA. Mengingat-Nya harus dilakukan secara kontinyu tanpa henti dan tiada mengenal waktu, keadaan dan tempat.

Di dalam Ajaran Hindu, praktek mengingat Tuhan juga termasuk mendengarkan kisah-kisah yang berkaitan dengan Tuhan, membicarakan tentang Dia, mengajarkan kepada orang lain tentang Dia dan melakukan meditasi tentang sifat-sifat-Nya secara terus menerus.

Smarana adalah ajaran untuk mengingat nama dan sifat-sifat-Nya dengan tidak putus-putus. Pikiran harus dibersihkan dari obyek apapun dari dunia.

Smarana adalah suatu keadaan dimana pikiran menjadi terpikat oleh Kemuliaan Tuhan semata.

Praktek Smarana ini tidak dibatasi oleh waktu-waktu tertentu. Tuhan harus senantiasa diingat di setiap saat tanpa terputus sepanjang seseorang masih dalam kesadarannya yang utuh. Dimulai dari bangun tidur di pagi hari sampai seseorang kembali tidur setelah dirinya merasakan penat di malam hari.

Di dunia ini seseorang tidak memiliki kewajiban lainnya selain Mengingat Tuhan. Mengingat Tuhan semata dapat menghancurkan semua tekanan-tekanan duniawi. Mengingat Tuhan semata dapat mengalihkan pikiran kita dari obyek-obyek pikiran.


Mengingat Tuhan adalah metoda Sadhana yang sangat sulit. Adalah tidak mungkin mengingat-Nya setiap saat secara kontinyu. Pikiran sering memperdaya seseorang. Seseorang bisa saja berpikir bahwa dirinya sedang bermeditasi atas Tuhan tetapi aktualnya dia sedang memikirkan beberapa obyek dunia ini atau memikirkan untuk mendapat nama dan ketenaran atau kemasyhuran.

Demikianlah ajaran Hindu mengajarkan doktrin Smarana atau Mengingat Tuhan. Anda bisa lihat lebih jauh lagi tentang ini di:(www.divinelifesociety.org/discourses/s.../practise_of_the_remenbrance_of _god.htm)

Di dalam ajaran Sikh Darma pun, Sang Guru menyuruh manusia untuk mengingat Tuhan di setiap tarikan nafasnya dan mengatakan bahwa penyakit ruhani akan datang kepada manusia pada saat ia melupakan Tuhan. Sang Guru berkata:

“All afflictions visit the person who forget God’s name”

“Semua penderitaan akan datang mengunjungi seseorang yang melupakan nama Tuhan”

“When i repeat His name i am alive, when i forget to do so i die”

“Ketika saya mengulang-ulang menyebut nama-Nya maka akupun hidup, (sebaliknya) ketika aku lupa melakukan hal itu maka aku pun mati”

Demikian Guru-guru Sikh mengajarkan doktrin Mengingat Tuhan. (www.sikh-dharma.org.uk)

Ajaran Mengingat Tuhan juga termaktub di dalam The Gospel of Barnabas (Injil Barnabas) pasal 109 seperti yang tertulis di dalam Edisi Inggerisnya :


“As God liveth, in whose presence standeth my soul, it is lawful to sleep somewhat every night, but it is never lawful to forget God and his fearful judgement: and the sleep of the souls is such oblivion.'

Then answered he who writeth: `O master, how can we always have God in memory? Assuredly, it seemeth to us impossible.'

Said Jesus, with a sigh: `This is the greatest misery that man can suffer, O Barnabas. For man cannot here upon earth have God his creator always in memory; saving them that are holy, for they always have God in memory, because they have in them the light of the grace of God, so that they cannot forget God. But tell me, have ye seen them that work quarried stones, how by their constant practice they have so learned to strike that they speak with others and all the time are striking the iron tool that worketh the stone without looking at the iron, and yet they do not strike their hands? Now do ye likewise. Desire to be holy if ye wish to overcome entirely this misery of forgetfulness. Sure it is that water cleaveth the hardest rocks with a single drop striking there for a long period.


Do ye know why ye have not overcome this misery? Because ye have not perceived that it is sin. I tell you then that it is an error, when a prince giveth thee a present, O man, that thou shouldst shut thine eyes and turn thy back upon him.

Even so do they err who forget God, for at all times man receiveth from God gifts and mercy.'

Yesus berkata : “Demi Allah yang aku berdiri di hadapan-Nya bahwa tidur sejenak tiap malam itu dibolehkan, akan tetapi sama sekali tidak dibolehkan melupakan Allah dan Hari Pembalasan-Nya yang dahsyat itu. Sedang tidurnya roh itu tiada lain hanya kelupaan”

Bertanyalah yang menulis ini (Barnabas) : “Wahai Guru, bagaimanakah kita dapat selalu mengingat Allah? Bagi kami, hal itu nampaknya mustahil”

Sambil menarik nafas panjang Yesus menjawab, “Sebenarnya itu adalah sebesar-besarnya kesengsaraan yang diderita oleh manusia wahai Barnabas! Karena di sini di bumi ini manusia tidak bisa secara terus menerus ingat kepada Allah Penciptanya, kecuali para manusia suci.

Mereka terus menerus mengingat Allah, karena pada diri mereka ada cahaya nikmat Allah sehingga mereka tidak bisa melupakan-Nya. Akan tetapi katakanlah padaku, ‘Adakah kamu lihat mereka yang bekerja mengeluarkan batu-batu dari gunung, betapa dengan kebiasaan yang terus menerus mereka bisa memukul sambil bercakap-cakap dengan pukulan besi di atas batu tanpa melihatnya dan tanpa mengenai tangan mereka? Maka berbuatlah kamu sedemikian itu.

Bercita-citalah untuk menjadi manusia manusia suci jika kamu benar-benar menginginkan untuk mengalahkan kesengsaran lalai itu. Maka dapat dipastikan bahwa air itu bisa melubangi batu yang paling keras (sekalipun) dengan tetesan air yag jatuh di atasnya berulang kali dalam waktu yang lama.

Tahukah kamu mengapa kamu tidak bisa mengalahkan kesengsaraan itu? Karena kamu belum mengerti bahwa itu (lalai dari mengingat-Nya) adalah suatu dosa! Dari itu kukatakan kepadamu wahai insan! Bahwa sungguh suatu kesalahan apabila engkau diberi oleh seorang Raja suatu anugerah namun engkau malah memejamkan kedua matamu dan kamu palingkan wajahmu daripadanya. Begitulah (perumpamaan) kesalahan mereka yang lalai dari mengingat-Nya. Karena (sesungguhnya) manusia itu secara terus menerus menerima karunia-karunia dan nikmat dari Tuhan” (Injil Barnabas Pasal 109)

Juga di dalam Perjanjian Lama , Nehemiah 4 : 14 pun tertulis :

“After i looked these things over, i stood up and said to the nobles and the officials and rest of the people, ‘Do not be affraid of them. Remember the Lord, who is great and awesome and fight for your kin, your son, your daughters, your wives and your homes”

“Kuamati semuanya, lalu bangun berdiri dan berkata kepada para pemuka dan para penguasa dan kepada orang-orang yang lain: "Jangan kamu takut terhadap mereka! Ingatlah Tuhan Yang Maha Besar dan Dahsyat dan berperanglah untuk saudara-saudaramu, untuk anak-anak lelaki dan anak-anak perempuanmu, untuk isterimu dan rumahmu.”

Di dalam al-Quran, kata adz-dzikr disebutkan sebanyak 285 kali dalam berbagai bentuk. 18 kata di antaranya berarti laki-laki (dzukuur). Di samping kata dzikr, dalam al-Qur’an juga terdapat kata muddakkir (memakai huruf dal), yang oleh Muhammad Fuad al Baqi, (penyusun Kitab al-Mu’jam al-Mufahras) dimasukkan dalam kelompok kata dzikr.

“Sungguh, berzikir kepada Allah itu adalah perkara yang teramat besar!”
(QS Al-Ankabut [29] ayat 45)

Laa hawla wa laa quwwata illa billah…

Share this article :
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Afif Amrullah - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Inspired by Sportapolis Shape5.com
Proudly powered by Blogger