bnrt

Jenis-jenis Religiusitas

Selasa, 05 Juni 2012


Jenis-jenis Religiusitas
Abdol Karim Soroush

Kata-kata identik seringkali menipu
Orang mukmin dan orang kafir tampak identik dalam bentuk
Mengambil kata-kata tunggal dan jamak pertengkaran mengikuti
Satu makna yang tepat, ketenangan mengikutinya

Salah keputusan kerap kali muncul dari fakta bahwa suatu istilah tunggal bias membawa pengertian ganda atau suatu pengertian tunggal bias bertmu dalam nama-nama yang berbeda. Mencapai keputusan seragam mengenai makna-makna ganda tersebut ataupun membuat keputusan ganda mengenai pengertian tunggal tersebut tidak lain daripada kesalahan atau kesesatan. Dan memisahkan kata-kata yang terkunci merupakan tugas semua pencari pengetahuan. Religiusitas termasuk salah satu dari istilah tersebut.

Ketika kita bertanya kepada diri sendiri: ‘Manakah yang lebih religious antara masyarakat Iran di bawah Dinasti Qajar dengan masyarakat Iran sekarang? Apakah masyarakat Barat modern lebih religious daripada masyarakat di Abad Pertengahan? Satu keeping pemikiran dan refleksi membawa kita kepada realisasi tersebut yang – kecuali jika kita mengklarifikasi dan memisahkan strata agama yang berbeda – kita tidak pernah menemukan jawaban terhadap pertanyaan kita tersebut. Adalah mungkin saja bahwa masyarakat sekarang lebih religious dalam satu pengertian dan juga kurang religious dalam pengertian lain. Dengandemikian, membedakan jenis-jenis dan strata relitiusitas yang berbeda merupakan suatu prasyarat teori religious dan pengetahuan serta prakondisi reformasi.

Apabila kita mengambil jumlah peringatan duka cita, puasa, air mata, doa, lilin-lilin, para peziarah, membungkuk di hadapan ulama, maka periode Qajar akan muncul sebagai yang terdepan. Jika kita mengambil studi-studi krisis, opiniopini, dan perdebatan tentang agama, kita sangat mungkin menemukan masyarakat sekarang lebih religious dan lebih religion-minded. Ketika kita menyelidiki materi tersebut lebih jauh dan melihat bahwa setiap jenis religiusitas menawarkan interpretasi yang berbeda ihwal Tuhan, Nabi, dosa, ketaatan, kebahagiaan, dan kesedihan, maka kita akan lebih melihat secara jelas daya tarik dan sensitifitas persoalan tersebut.

Membedakan jenis-jenis religiusitas yang berbeda tentu saja bukan suatu gagasan baru atau inovatif. Ketika Quran suci membahas tentang yamin (golongan kanan) dan al-sabiqun (golongan paling dulu), ia tengan menawarkan suatu cara untuk membedakan jenis-jenis religiusitas yang berbagam. Dan sarjana-sarjana agama, yang membahas legalistic, metodistik, dan agama idealistic ataupun agama inisiasi, median dan kulminasi, sedang menyentuh pada kebenaran yang sama ini.

Artkel ini juga akan menapilkan, secara ringkas, suatu kategorisasi jenis religiusitas yang berbeda yang memiliki perbedaan-perbedaan dan persamaan dengan pembagian-pembagian yang disebutkan. Kami akan menyebutkan tiga jenis religiusitas: (i) religiusitas pragmatis (atau utilitarian);(ii) religiusitas gnostik; dan (iii) religiusitas eksperimental.

Religiusitas pragmatis

Pada jenis religiusitas ini, suatu pandangan atau tujuan tindakan akhir, kegunaan dan hasilnya (bersifat duniawi sekarang ataupun yang akan dating) merupakan kepentingan puncak bagi orang-orang beriman. Ia merupakan suatu agama untuk kehidupan (tidak sinonim dengan “kehidupan” atau lebih tinggi dari kehidupan).

Dalam bentuk akhiratnya yang hakiki, ia mengenakan busana asketisisme dan sufisme (Khwajah Abdullah Anshary) dan dalam bentuk lahirnya, busana politik dan kenegaraan (Sayyid Jamal al-Din al-Afghani, dan lain-lain). Blok pusatnya adalah emosi dan rasionalitas praktis. Di kalangan massa umum aspek emosional memperoleh kemajuan. Dan di kalangan terpelajar rasionalitas praktik yang dipaparkan, yakni untuk mengatakan kemampuan untuk menyandingkan sarana-sarana kepada tujuan-tujuan.

Religiusitas pragmatis bersifat keduniaan, kausal, turun-temurun, deterministic (tidak muncul dari pilihan atau kehendak bebas), emosional, dogmatis, ritualistic, ideologis, terikat-identitas, eksternal, kolektif, legalistic-yuristik, mistis, imtatif, patuh, tradisional dan habitual. Di sini, kekerapan perbuatan merupakan ukuran intensitas atau sebaliknya dari keyakinan: melakukan ibadah haji berkali-kali, berziarah ke makam-makam, shalat sebanyak-banyaknya dan seterusnya. Melalui perbuatan-perbuatan ini, seseorang merasa lebih berhasil dalam agama dan dekat dengan Tuhan. Ritual-ritual massa menumbuhkan sikap religiusitas ini lebih daripada yang lainnya.  …
Share this article :
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Afif Amrullah - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Inspired by Sportapolis Shape5.com
Proudly powered by Blogger